siapa yang mau punya konflik ?
aku juga enggak mau banget..
tapi mau gak mau, sadar gak sadar tiap hari kita ketemu konflik. entah itu cuma jadi penonton, pendengar, penengah, atau malah terlibat di dalamnya
hari ini contohnya, entah karena kami memang sudah lama sama-sama memendam amarah, merasa semua salah, dan tak ada yang mau mengalah, kita bertengkar !
dia menangis, tersinggung ucapanku, katanya.
aku tak terima, meneriakinya, dan berkata dia 'aku ga pernah nangis kalo kamu ketus.in!', mataku panas.
aku diam menahan tangis, dia terisak.
mungkin mereka yang liat anggap aku jahat. terserah, menilai orang kan hak pribadi. sebenarnya aku malas punya masalah, apalagi musuh. apa bagusnya coba ?
awalnya aku malas minta maaf, tapi kata salah seorang teman 'aku gamau tau siapa yang salah siapa yang benar. tapi setahuku minta maaf itu tindakan dewasa! apa susahnya ulurkan tangan dan bilang maaf ?'
aku tetap bersikukuh kalau dia tak bakal mau menerima kata maaf. awalnya enggan, tapi kupikir tak ada salahnya mengakhiri konflik yang bikin dada sesak dan mata panas ini.
ku ulurkan tangan 'maaf, kalo ada salah', lirih dia menjawab 'aku juga', menyambut uluran tangan.ku. 'bagus !' kata temanku yang lain.
tak ada secuil kata dari guru.ku yang masuk telinga, otakku sibuk sendiri berpikir, 'kalau dia masih dendam ? ah, sudahlah, yang penting aku tulus tadi'
saat pulang, aku mau ambil helm ke bangku belakang, ada tangan menyentuh pundak, 'aku juga minta maaf', katanya. 'iya aku juga', jawabku.
lega ? mungkin.
masih ada sedikit yang mengganjal mungkin. entah dia, entah aku. tapi kuharap ini yang terakhir ya.
marahan itu gak enak.
tapi hari ini aku belajar 2 hal.
bilang maaf itu perlu keberaniaan dan hati besar. berarti kita sama-sama berani dan berhati besar.
bilang maaf itu belajar dewasa. berarti kita sama.sama belajar dewasa.